Senin, 19 Juli 2010

trik bermain pes

salam untuk para gamers terhormat dan yang sangat dibanggakan..hehe
sedikit mengulas perbedaan pola permainan wining eleven dan pes yang ternyata dalam pandangan saya sangat lah berbeda.
ada sedikit tips dan trik untuk meng optimalkan permainan pesw :

1.ambil jarak yang cukup jauh dengan lawan saat mau mengoper atau shooting.karena saat tombol X kita pencet spersekian detik akan langsung mengumpan.

2.body balance lebih terasa. Sehingga apabila jarak anda terlalu dekat dengan lawan, akan sulit sekali melewatinya.maka edemikian mungkin punggungi lawan saat sedang di pressing. Hanya pemain yang punya body balance tinggi yang bisa mengalahkan.
3.kekuatan tembakan ke arah gawang lebih besar daripada wining eleven,maka sebaiknya untuk mengoptimalkan akurasi serta kecepatan bola tempatkan posisi yang tepat saat pemain melakukan tembakan,misalnya pemain dengan sifat kaki kanan sebisa mungkin bola disepak menggunakan kaki sebelah kanan tersebut.

4dalam defens anda sebaiknya menghlangkan kebiasaan pressing man to man marking,atau menekan tombol R1 dan X,menurut saya adalah kesalahan yang fatal.karena dalam keadaan ini pemain yang menguasai bola dapat mudah melewati defens anda

5.Umpan terobosan menjadi mengerikan dalam permainan ini, karena begitu defender kita dilewati dan dibelakangi, akan sulit sekali mengejar karena body dalam game ini begitu terasaadi saran saya pastikan defender anda mempertahankan defense line dan waspada umpan one-two. Gunakan tombol “kotak” untuk merebut bola, dan anda sendiri menjaga defense line anda.

6.dalam keadaan sulit dan tertekan di dalam kotak pinalti,sebaik nya jika memenangkan perebutan bola langsung tekan tombol O .agar bola melaju ke arah pertahanan lawan

trik bermain wining eleven

Tips dan Trik Bermain Winning Eleven (Play Station 2)

Cara Bertahan
sekedar memberikan sesuatu yang telah saya pelajari sewaktu saya bermain playstation khusunya winning eleven. Perlu diketahu ada dua versi (yang saya ketahui) winning eleven yang beredar saat ini untuk PS 2, yaitu versi yang dengan nama 10 atau 11 pangkat x serta versi lama yang sekarang sudah mencapai 150 lebih. Bagi pecinta Winnning Eleven pasti sudah mengetahui perbedaan nyata dari kedua winning ini. Baik dari aspek visual maupun dari aspek program permainannya.

Saya hanya akan membagi tips dan trik winning eleven yang versi 10 atau 11 pangkat x khususnya dalam cara bertahan menghadapi serangan lawan. Nah berikut ini beberapa trik yang telah saya ketahui.

Pertama-tama tentunya anda harus mengenal masing-masing karakter dari pemain anda yang masuk kedalam draf permainan. Speednya berapa, tingginya berapa, dan sebaginya. Layaknya pertandingan sesungguhnya winning eleven sangat diperngaruhi oleh kapabilitas dan kapasitas serta ability dari masing-masing individu permainan. Disini untuk tips bertahan saya akan menunjukkan suatu karakter dari program winning eleven ini. ohya untuk formasi saya sarankan pertahanan memiliki 4 pemain serta 3 pemain tengah. Terserah juga kepada anda gimana enaknya. Yang pasti tips berikut ini tidak begitu pengaruh pada soal formasi anda.

Ketika anda sedang diserang terutama jika bukan serangan balik, anda jangan melakukan pengejaran secara individual ke arah pemain lawan . Jangan menekan tombol R1 terus menerus ketika bertahan atau pengen mendekati lawan. Cukup tunggu sampai lawan datang baru anda dekati. Dan perlu diketahui pula, adalah salah atau sangat tidak tepat jika anda berusaha merebut atau bertahan dari serangan lawan hanya mengandalkan memencet tobol X secara terus menerus. Apalagi disertai memencet tombol R1. ini akan mengakibatkan pemain kita yang berada di barisan depan tidak turun ikut membantu pertahanan kita. Jadi yang perlu dilakukan adalah menunggu lawan datang atau mendekati secara biasa dan menutup pergerakannya. Jika anda sudah dekat dengan lawan anda bisa memencet tombol X untuk merebut bola dari nya. Jika skill defend pemain anda cukup baik dan body atau speednya cukup baik serta dalam kondisi prima (minimal berwana hijau, akan sangat baik jika berwarna merah) anda bisa melanjutkan memencet terus tombol X. Jika tidak dalam kondisi demikian saya sarankan lekas ganti pemain dengan memencet tombol L1.

Jika anda melakukan apa yang saya perintahkan diatas para pemain anda akan berkumpul di daerah kotak pinalty sembari bertahan. Dengan demikian pertahanan anda akan menjadi sangat rapat dan sangat sulit ditembuts. Dari pengalaman saya, hanya tendangan jarak jauhlah yang masih mungkin dilakukan oleh pemain lawan. Itupun sering terblock oleh pemain bertahan kita. Lain halnya jika anda konsentrasi mengejar pembawa bola, ini akan menyebabkan para pemain anda tercerai berai tidak karuan dan membuat pertahanan anda longgar. Satu lagi, jika mengejar seorang pemain penyerang yang telah melewati anda, cukup pencet R1 saja terus menerus dan arahkan pemain anda ke arah pemain yang dikejar tanpa disertai memencet tombol X. Cara ini akan membuat pemain bertahan anda lebih cepat berlari mengejar pemain lawan, dan tentunya perlu diwaspadai pula dimana dia akan melakukan manuver (berbelok arah, balik dan sebagainya).

Waspadai pula pemain yang memiliki offence, speed, maupun technique yang bagus, seperti ronaldinho, henry, shevcenko, dan christiano ronaldo dan sebagainya. Terutama pula jika mereka dalam kondisi prima (bertanda kuning atau merah). Biasanya amat ssulit untuk merebut bola dari pemain yang memiliki kondisi seperti ini. perlu pertahanan yang berlapis serta penerapan teknik seperti yang saya berikan diatas secara tepat. Gunakan pemain bertahan yang memiliki defend, body, maupun kondisi yang prima (kuning atau merah) untuk menghadapi pemain seperti ini.

Minggu, 18 Juli 2010

CRY For LOVE

Senin, 27 Maret 2010

Bella menatap langit dengan hampa, pikirannya melayang entah kemana. Ocha yang berjalan di sampingnya pun diam dengan wajah tanpa ekspresi. Tak sedikitpun senyum yang bisa keluar dari bibir mereka. Mereka memasuki ruang kelas yang berada di ujung lorong utama.

”...Maaf...” Ujar Bella sedikit tertahan. Ocha tersenyum.

”Nggak usah minta maaf kalau emang terpaksa...lagi pula sampai kapanpun aku tak akan pernah mamaafkanmu” Ujar Ocha sambil berjalan menuju bangkunya. Sikap mereka telah berubah setelah kejadian itu terjadi.

***

Sebulan yang lalu. 14 February 2010

”Ocha...denger deh” Teriak Bella sambil berlari menghampiri sahabatnya itu.

”Hemm...ada apa Bella sayang...?” Tanya Ocha tak semangat.

”Aku baru jadian sama Yoga!!” Ujarnya Senang. Ocha terdiam cukup lama,

”Terus kenapa...?” Tanya Ocha sambil menyendok baksonya yang terakhir.

”Ih...Cha, kok dingin gitu reaksinya. Seneng dikit kek...!” Ujar Bella sambil duduk di samping Ocha. Ocha cuma terkekeh.

”Emangnya aku harus gimana? Joged-joged di sini biar semuanya tau?” Ujar Ocha dengan nada bercanda. Bella cuma manyun dan menjitak kepala sobatnya itu.

”Eh Bel, nanti ke toko buku ya...!” Ujar Ocha sambil memegangi kepala yang dijitak Bella barusan.

”Kamu mau beli komik lagi? Gak bosen apa, lemarimu aja udah penuh gitu!” Sindir Bella yang tau hobi temennya itu.

“Terserah aku kan, setiap komik itu punya jiwa sendiri-sendiri. Apalagi komikusnya ke...” Belum selesai Ocha berkoar-koar, Bella memasukkan kerupuk ke mulutnya. Bella pun kabur sebelum kena damprat.

”Ah Bella reseh, pokoknya anter ya!” Teriak Ocha sambil membayar makan siangnya barusan. Ia tak segera menuju ke kelasnya walau bel sudah berbunyi dari tadi. Ia pergi ke jalan belakang yang sudah jarang dilewati orang. Sambil menyulut rokoknya ia duduk dan mendesah.

”Gawat juga...” Ujarnya sambil menatap wajahnya di pantulan cermin.

***

Tettt...Tett...tett.

Bel pulang sekolah pun berkumandang memenuhi setiap sudut sekolah. Teriakan murid-murid yang begitu bahagia sungguh memekakkan telinga. Bella masih terduduk di bangku paling pojok, ia menunggu Ocha yang sedari istirahat tadi belum kembali ke kelas. Seseorang memasuki ruangan itu.

”Eh, kok kesini?” Tanya Bella sambil berdiri dari bangkunya.

”Nyari kamu dong, pulang bareng yuk?” Ajak Yoga sambil menarik lengan Bella. Dari luar kelas Ocha melihat mereka berdua. Ingin sekali ia menendang tong sampah yang ada di dekatnya. Ia menarik nafas dalam-dalam dan masuk ke dalam kelas itu.

”Oi Bell, pulang aja bareng Yoga. Aku ke toko buku sendirian deh...” Ujar Ocha mengambil tasnya. Bella hanya tersipu mengetahui maksud sahabatnya itu.

”Tapi...sebagai gantinya, belikan aku komik Conan yang terbaru ya!” Ujar Ocha sambil berlari meninggalkan mereka berdua. Yoga terpaku menatap kepergian Ocha hingga Bella membuyarkan lamunannya..

”Ayo pulang!” Ujar Bella sambil tersenyum.

***

Di tepi sungai yang sepi Ocha menatap langit yang mendung, ia menutupi wajah dengan tangan kanannya. Perlahan ia meneteskan air mata.

”Ah...kenapa harus...” Desahnya.

Dari jauh, seseorang yang tak asing memanggilnya. Ocha segera menghapus air matanya itu.

“Ternyata kau di sini...?” Ujar Yoga sambil tersenyum.

“Mana Bella?” Tanya Ocha sinis.

“Barusan aku antar ke rumahnya. Kau mau ku antar?” Tanya Yoga penuh perhatian. Ocha hanya tersenyum.

”Kau masih nggak berubah,” Ujarnya sambil pergi meninggalkan Yoga. Yoga mengejar Ocha dan langsung memeluknya dari belakang. Keduanya terdiam, yang terdengar hanya isakan tangis dari Ocha.

”Maafkan aku...” Ujar Yoga perlahan. Ia tak berniat sedikitpun melepaskan Ocha dari pelukannya.

***

Yoga memberikan secangkir kopi hangat untuk Ocha, ia pun duduk di sampingnya.

”...Thanks” Ujar Ocha perlahan, matanya sembab dan suaranya serak sehabis menangis tadi. Yoga memandangi Ocha dengan lembut.

”Kenapa kau curang...Jangan buat aku makin marah lagi...kau bahkan tak ingin melihatku marah kan?” Ujar Ocha sambil menyeruput kopi hangatnya. Yoga membelai rambutnya.

”Aku sayang kamu...” Ujarnya lembut. Mereka hanya saling bertatapan, tak menyadari seseorang memperhatikan mereka dari kejahuan. Orang itu menghampiri mereka dengan langkah kaki yang berat menampakkan emosi yang tak dapat di bendung. Sebuah tamparan mendarat ke pipi Ocha.

”Cha...kamu tega ya sama aku!!” Teriaknya sambil menangis. Yoga berdiri dari tempat duduknya,namun tangan Ocha menghalanginya. Ocha bermaksud menyelesaikan semuanya sendiri.

”Kamu kan sahabatku...kenapa?” Tanya Bella tertunduk.

”Sejak kapan kita bersahabat?” Tanya Ocha sinis. Tampak dari garis wajahnya bahwa ia sedang menahan amarahnya.

”Eh...” Ujar Bella heran.

”Kita memang teman, tapi siapa bilang aku sahabatmu...jangan menganggap semua orang bisa diajak bersahabat dengan mudah deh!” Ujar Ocha mengalihkan pandangan. Bella semakin emosi dengan kata-kata yang terucap barusan. Tangannya menampar pipi kanan Ocha.

”Aku sudah memberi tahu semua hal padamu, dan aku mengerti segalanya tentangmu, tapi kau masih bilang aku bukan sahabatmu?” Teriak Bella. Yoga berusaha melerai mereka berdua sebelum terlambat. Ocha mengerahkan kepatan tangannya ke wajah mungil Bella sekuat tenaga hingga Bella terjatuh ke tanah.

”Tahu segalanya katamu, bahkan kalau mungkin kau tau semuanya, kau tak akan mau berteman denganku. Sudah cukup muak aku berpura-pura jadi orang baik. Tak akan ku beri ampun pada orang yang sudah menamparku 2 kali” Teriak Ocha sambil bersiap menendang Bella yang masih terduduk di tanah. Yoga memeluk Ocha sambil berusaha menjauhkan keduanya.

”Cha tenang, kau bisa berurusan dengan polisi lagi!” Bisik Yoga. Ocha terdiam dan berbalik. Tak sepatah katapun terucap saat meninggalkan Yoga dan Bella. Bella yang masih menangis memegangi baju Yoga.

”Ga, kamu pacarku kan...kenapa tak membelaku?” Tanyanya sambil terisak.

”Maaf, karna mungkin aku masih mencintainya” Ujar Yoga perlahan.

”Jadi selama ini aku mencintaimu secara sepihak ya...bodohnya aku” Ujar Bella memegangi bibirnya yang sobek karena pukulan Ocha.

”Harusnya aku tak bermain-main dengan mu, tapi kau sudah tau semuanya kan, Tanpa aku Ocha hancur...lebih baik kau menyerah soal aku” Ujarnya sambil meninggalkan Bella.

”Kau curang Ga, curang!” Teriak Bella sekuat tenaga. Yoga hanya berbalik dan tersenyum.

”Dia juga mengatakan hal yang sama denganmu.” Desahnya sambil berlalu.

***

Kamar Ocha yang sebelumnya lumayan rapi, kini telah menjadi kapal pecah yang tertabrak ombak. Baju-baju berserakan dimana-mana, vas bunga dan hiasan dindingpun teronggok di pojok dinding dalam keadaan rusak parah. Bahkan bantal dan Gulingpun tak luput dari sasaran kemarahannya.

Tulllilit..tululitt

Hp Ocha berdering kencang, dengan berat hati ia mengangkat telepon itu.

”Halo...” Ujar Ocha singkat. Sebuah berita yang buruk terdengar begitu menyakitkan. Mendengarnya saja membuat raut muka Ocha berubah. Tanpa pikir panjang ia melempar HP-nya ke dinding hingga rusak.

Ocha diam tak beranjak sedikitpun dari tempatnya. Air mata mengalir deras tanpa dapat di tahan lagi. Ia seperti kehilangan akal sehatnya. Mengurung diri di kamar dan hanya menghabiskan waktunya untuk melamun dan merokok saja. Tak sanggup ia menghadiri pemakaman Yoga dan menerima kenyataan. Benar apa yang dikatakan Yoga, bahwa ia adalah hidup Ocha.

***

Senin, 27 Maret 2010

Sampai saat bel pulang berdering, semua murid sudah meninggalkan ruang kelas, hanya Ocha dan Bella sama sekali tak beranjak dari bangku masing-masing. Keduanya terdiam cukup lama.

”Cha, sudah sebulan sejak kejadian itu kita terakhir ketemu, rasanya kangen!” Ujar Bella lirih. Ocha terdiam.

”Maaf...aku tak bermaksud untuk melukainya. Aku terlalu emosi dengan apa yang dikatakannya terakhir kali...sehingga aku...”Ujar Bella terputus.

”Kau membunuhnya, iya kan?” Ujar Ocha sinis.

”Aku nggak tau...aku benar-benar nggak tau kalau dia...”Bella tak sanggup melanjutkan kata-katanya.

”Kau...Jangan sok tau akan segalanya. Akhirnya begini kan...Aku tau sejak awal kau yang menjatuhkannya ke sungai...tapi berulang kali aku berusaha menyangkal itu sampai kau mengatakannya sendiri.” Ujar Ocha sambil beranjak dari tempatnya. Bella merasa bersalah.

”Bukannya kau tak akan memaafkan aku? Kenapa kau diam saja?” Tanyanya

”Seandainya bukan karena Yoga, aku mungkin udah membunuhmu saat ini juga...jangan harap aku memaafkanmu” Ujar Ocha pergi meninggalkan tempat itu.

Sekejap tadi, Bella melihat Ocha meneteskan air matanya. Rasa bersalah makin menghujani tubuh Bella. Air mata yang terus membasahi pipinya semakin deras mengalir. Di rogohnya sepotong cutter dari tempat pensilnya, dan ia mengucapkan kata terakhirnya.

”Maaf...”

***

By. Atika dwi h_X-2_7